Jumat, 13 Maret 2009

Mg,Cd dan As

MEKANISME LOGAM MERKURI (Hg), KADMIUM (Cd) DAN ARSEN (As) DALAM TANAH
Oleh:
Siti Rizki Amalia H1E107045
Ratri Tri Hapsari H1E107046
Putri Rachmalia K. H1E107048

A. Logam Merkuri (Hg) dan Kadmium (Cd)
Mekanisme merkuri dan kadmium di dalam tanah ada yang terjadi secara alamiah dan juga akibat aktivitas manusia. Secara alami yaitu longgokan alami di dalam bumi tersingkap, sehingga berada dipermukaan bumi dan adanya pelapukan batuan yang mengandung merkuri maupun kadmium yang melonggokkan logam itu sendiri secara residual secara saprofit dan selanjutnya berada di dalam tanah. Sedangkan yang akibat aktivitas manusia adalah pembuangan sisa limbah pertambangan, kegiatan industri maupun limbah domestik yang hasil pembuangannya mengandung merkuri dan kadmium. Mekanisme paparan logam masuk di dalam tanah,air dan udara sangat berhubungan langsung dengan siklus hidrologi dan sifat fisik, kimia dan biologi tanah . Yaitu apabila adanya pelarut yang baik maka logam itu sendiri mudah terinfiltrasi kedalam tanah, fungsi tanah itu sendiri yaitu sebagai media penyaring. Merkuri dan kadmium memiliki sifat mudah mengkristal, sehingga pada saat terjadi pengkristalan dapat menyebabkan merkuri dan kadmium terakumulasi di dalam tanah. Berbagai kemungkinan reaksi yang terjadi terhadap logam berat (Kadmium dan merkuri) di dalam tanah adalah (Babich dan Stotzky, 1978).
• Membentuk senyawa larut, komples dari berbagai macam molekul;
• Presipitasi atau kopresipitasi
• Terinkorporasi kedalam struktur mineral;
• Terakumulasi atau terfiksasi ke dalam bahan biologi;
• Dikompleks dengan agen pengkhelat;
• Diadsobsi dalam mineral liat atau koloid organic
Tingkat ketersediaan logam berat tergantung pada pH lingkungan. Menurut Babich dan Stotzki, (1978) pada pH dibawah 8 Cd misalnya terdapat terutama dalam bentuk bebas, Cd+2 dan Cd (OH)+ mulai terbentuk pada pH 7 – 7.5, sedangkan Cd (OH)2 mulai terbentuk pada pH 9.0. Klein dan Trayer (1995) mengemukakan bahwa pH adalah faktor penting yang menentukkan tranformasi logam. Penurunan pH secara umum meningkatkan ketersediaan logam berat kecuali Mo dan Se.
Makin halus tekstur makin tinggi kekuatan untuk mengikat logam berat. Oleh karena itu tanah yang bertekstur liat mempunyai kemampuan untuk mengikat logam berat lebih tinggi dari tanah berpasir. Jenis mineral liat juga berpengaruh terhadap pengikatan logam berat oleh tanah. Umumnya kemampuan mengikat logam berat vermikulit > illit > montmorillonit > kaolinit (Babich dan Stotzki, 1978).
Di dalam perairan seperti sungai, logam berat banyak ditemukan pada sedimen. Karena logam berat yang semula terlarut dalam air sungai diadsorbsi oleh partikel halus (suspended solid) dan oleh aliran air sungai dibawa ke muara. Air sungai bertemu dengan arus pasang di muara sungai, sehingga partikel halus tersebut mengendap di muara sungai. Hal inilah yang menyebabkan kadar logam berat dalam sedimen muara lebih tinggi dari laut lepas. Pada umumnya muara sungai mengalami proses sedimentasi, dimana logam yang sukar larut mengalami proses pengenceran yang berada di kolom air lama kelamaan akan turun ke dasar dan mengendap dalam sedimen (Rochyatun, 2006).
kisaran logam berat merkuri dan kadmium dalam sedimen yaitu Cd = 0,02-0,03 ppm Hasil alisis kimia unsur merkuri dalam contoh sedimen sungai menunjukkan nilai minimum 0,01 ppm Hg an maksimum 97,84 ppm (Setiabudi, 2005).

B. Logam Arsen (As)
Seperti yang kita ketahui bahwa arsen merupakan mineral yang ada dalam tanah. Proses arsen dalam mencemari air tanah dapat dilihat pada siklus hidrologi yang mana pada saat air hujan masuk kedalam tanah. Air yang masuk tersebut akan membawa/melarutkan zat-zat yang ada dalam tanah, seperti arsen dalam hal ini. Air yang mengandung arsen tersebut akan terus merembes ke dalam lapisan-lapisan tanah sampai pada air tanah dan mencemari air tanah.
Suatu bahan pencemar khususnya air dengan kadar arsen yang tinggi lama kelamaan akan berkurang selama air tersebut terus merembes melewati lapisan tanah. Hal tersebut terjadi karena adanya sifat-sifat fisik, kimia dan biologi tanah, yang mana tanah dapat digunakan membersihkan zat-zat terlarut dalam air yang mengandung pencemar dari bahan atau zat pencemarnya. Dengan struktur yang dimilikinya, tanah dapat menyaring bahan pencemar yang tersuspensi dalam air rembesan. Dengan kemampuan menukar ion pada mineral lempung dan bahan humus yang dikandungnya, tanah dapat menyerap zat pencemar berupa ion yang terlarut dalam air rembesan tersebut. Dengan populasi jasad renik pengurai yang hidup di dalamnya, tanah dapat menguraikan senyawa anorganik pencemar menjadi senyawa organik sederhana atau senyawa mineral yang tidak berbahaya.
Jadi dari penjelasan di atas, mekanisme arsen sebagai bahan pencemar terdapat pada lapisan dalam tanah. Karena arsen memang merupakan mineral yang terdapat dalam tanah. Berbeda dengan zat pencemar lain yang mana mekanisme pencemarannya seringkali terdapat pada hamparan tanahnya.
Kawasan yang rawan berpotensi tinggi terancam tercemar arsenik yakni daerah dengan karakteristik biologis dengan lapisan tanah yang kaya akan sedimenorganik /humus yang mengandung komposisi tanah liat berlumpur. Bentuk oksida arsen banyak ditemukan pada deposit/sedimen, dan akan stabil bila berada di lingkungan.
Secara kasar arsen berada dalam bumi berkisar antara 1,5-2 mg/kg, dengan rincian di batuan andesitas yang merupakan kadar terendah adalah 0,5-5,8 mg/kg dan tertinggi di batuan shale and clay 0,3 - 490 rng/kg.
Tanah yang tidak terkontaminasi arsen ditemukan mengandung kadar As antara 0,240 mg/kg, sedang yang terkontaminasi mengandung kadar As rata-rata lebih dari 550 mg/kg (Walsh & Keeney, 1975).
Kadar As terendah adalah jenis andesitas yang merupakan batu api dengan kadar antara 0,5-5,8 mg/kg. Sedangkan kadar As tertinggi adalah pada jenis shales and clay jenis batuan sedimen dengan kadar antara 0,3-490 mg/kg.
Faktor-faktor yang mempengaruhi besarnya konsentrasi arsen sebagai bahan pencemar
1. Intensitas hujan
Semakin besar intensitas hujan, semakin banyak air yang masuk ke dalam tanah yang mana kemudian air tersebut membawa/melarutkan arsen, tetapi semakin sedikit kadar arsennya.
2. Kandungan arsen dalam tanah
Dengan konsentrasi air yang sama, semakin banyak arsen yang terkandung dalam tanah, maka semakin besar pula kadar arsen dalam air yang melarutkan arsen tersebut
3. Porositas dan permeabilitas tanah
Merupakan faktor yang mempengaruhi banyak sedikitnya air yang mengandung arsen untuk dapat masuk ke dalam air tanah.


REFERENSI
Sukar. Sumber Dan Terjadinya Arsen Di Lingkungan (Review)
http://www.ekologi.litbang.depkes.go.id/data/vol%202/sukar2_2.pdf
Diakses 20 Februari 2009
Babich, H. and G. Stotzky. 1878. Effects of cadnium on the biota : influence of environmental factors. Edv. Appl. Microbiol. 23 : 55 – 117
Setiabudi. 2005. Ekologi Mikroba Pada Tanah Terkontaminasi Logam Barat . http://tumoutou.net/3_sem1_012/budi_nugroho.htm. Diakses 24 Februari 2009

peranan mikroba

VII. MIKROBA DAN LINGKUNGAN
dunia mikroba tardiri dari berbagai kelompok jasad renik. Kebanyakan bersel satu atau uniselular. Ada yang mempunyai ciri sel tumbuhan, ada yang mempunyai cirri-ciri sel binatang, dan ada lagi yang mempunyai cirri –ciri keduanya. Secara kolektif, jasad renik di namakan protista. Ciri utama yang membedakan kelompok mikroba tertentu dari yang lain ialah dari organisasi bahan selularnya. Perbedaan ini yang yang secara asasi itu taramat penting.
mikroba terdapat dimana-mana di sekitar kita, ada yang menghuni tanah air dan atmosfer planet kita. Adanya mikroba di planet lain diluar bumi telah diselidiki pula, namun sejauh ini di ruang angkasa belum menampakkan adanya mikroba. studi tentang mikroba yang ada di lingkungan alamiahnya disebut ekologi mikroba . Ekologi merupakan bagian biologi yang berkenaan dengan studi mengenai hubungan organisme atau kelompok organisme dengan lingkungannya.
Saat ini mikroba banyak dimanfaatkan di bidang lingkungan, yang berperan membantu memperbaiki kualitas lingkungan. terutama untuk mengatasi masalah pencemaran lingkungan, baik di lingkungan tanah maupun perairan. Bahan pencemar dapat bermacam-macam mulai dari bahan yang berasal dari sumber-sumber alami sampai bahan sintetik, dengan sifat yang mudah dirombak (biodegradable) sampai sangat sulit bahkan tidak bisa dirombak (rekalsitran/ nonbiodegradable) maupun bersifat meracun bagi jasad hidup dengan bahan aktif tidak rusak dalam waktu lama (persisten). Dalam hal ini akan dibahas beberapa pemanfaatan mikroba dalam proses peruraian bahan pencemar dan peran lainnya
untuk mengatasi bahan pencemar.

A. PERURAIAN/BIODEGRADASI BAHAN PENCEMAR (POLUTAN)
1. Mikroba dalam pembersihan air
Banyak mikroba yang terdapat dalam air limbah meliputi mikroba aerob, anaerob, dan fakultatif anaerob yang umumnya bersifat heterotrof. Mikroba tersebut kebanyakan berasal dari tanah dan saluran pencernaan. Bakteri colon (coliforms) terutama Escherichia coli sering digunakan sebagai indeks pencemaran air. Bakteri tersebut berasal dari saluran pencernaan manusia dan hewan yang dapat hidup lama dalam air, sehingga air yang banyak mengandung bakteri tersebut dianggap tercemar. Untuk mengurangi mikroba pencemar dapat digunakan saringan pasir atau trickling filter yang segera membentuk lendir di permukaan bahan penyaring, sehingga dapat menyaring bakteri maupun bahan lain untuk penguraian. Penggunaan lumpur aktif juga dapat mempercepat perombakan bahan organik yang tersuspensi dalam air.
Secara kimia digunakan indeks BOD (biological oxygen demand) dan COD (chemical oxygen demand). Prinsip perombakan bahan dalam limbah adalah oksidasi, baik oksidasi biologis maupun oksidasi kimia. Semakin tinggi bahan organik dalam air menyebabkan kandungan oksigen terlarut semakin kecil, karena oksigen digunakan oleh mikroba untuk mengoksidasi bahan organik. Adanya bahan organik tinggi dalam air menyebabkan kebutuhan mikroba akan oksigen meningkat, yang diukur dari nilai BOD yang meningkat. Untuk mempercepat perombakan umumnya diberi aerasi untuk meningkatkan oksigen terlarut, misalnya dengan aerator yang disertai pengadukan.
Setelah terjadi perombakan bahan organik maka nilai BOD menurun sampai nilai
tertentu yang menandakan bahwa air sudah bersih. Dalam suasana aerob bahan-bahan dapat dirubah menjadi sulfat, fosfat, ammonium, nitrat, dan gas CO2 yang menguap. Untuk menghilangkan sulfat, ammonium dan nitrat dari air dapat menggunakan berbagai cara. Dengan diberikan suasana yang anaerob maka sulfat direduksi menjadi gas H2S, ammonium dan nitrat dirubah menjadi gas N2O atau N2.

2. Mikroba perombak deterjen
Alkil benzil sulfonat (ABS) adalah komponen detergen, yang merupakan zat aktif yang dapat menurunkan tegangan muka sehingga dapat digunakan sebagai pembersih. ABS mempunyai Na-sulfonat polar dan ujung alkil non-polar. Pada proses pencucian, ujung polar ini menghadap ke kotoran (lemak) dan ujung polarnya menghadap keluar (ke-air). Bagian alkil dari ABS ada yang linier dan non-linier (bercabang). Bagian yang bercabang ABS-nya lebih kuat dan berbusa, tetapi lebih sukar terurai sehingga menyebabkan badan air berbuih. Sulitnya peruraian ini disebabkan karena atom C tersier memblokir beta-oksidasi pada alkil. Hal ini dapat
dihindari apabila ABS mempunyai alkil yang linier.
2. Mikroba perombak plastik
Plastik banyak kegunaannya tetapi polimer sintetik plastik sangat sulit dirombak secara alamiah. Hal ini mengakibatkan limbah yang plastik semakin menumpuk dan dapat mencemari lingkungan. Akhir-akhir ini sudah mulai diproduksi plastik yang mudah terurai.
Plastik terdiri atas berbagai senyawa yang terdiri polietilen, polistiren, dan polivinil klorida. Bahan-bahan tersebut bersifat inert dan rekalsitran. Senyawa lain penyusun plastik yang disebut plasticizers terdiri: (a) ester asam lemak (oleat, risinoleat, adipat, azelat, dan sebakat serta turunan minyak tumbuhan, (b) ester asam phthalat, maleat, dan fosforat. Bahan tambahan untuk pembuatan plastik seperti Phthalic Acid Esters (PAEs) dan Polychlorinated Biphenyls (PCBs) sudah diketahui sebagai karsinogen yang berbahaya bagi lingkungan walaupun dalam konsentrasi rendah.
Dari alam telah ditemukan mikroba yang dapat merombak plastik, yaitu terdiri bakteri, aktinomycetes, jamur dan khamir yang umumnya dapat menggunakan plasticizers sebagai sumber C, tetapi hanya sedikit mikroba yang telah ditemukan mampu merombak polimer plastiknya yaitu jamur Aspergillus fischeri dan Paecilomyces sp. Sedangkan mikroba yang mampu merombak dan menggunakan sumber C dari plsticizers yaitu jamur Aspergillus niger, A. Versicolor, Cladosporium sp.,Fusarium sp., Penicillium sp.,Trichoderma sp., Verticillium sp., dan khamir Zygosaccharomyces drosophilae, Saccharomyces cerevisiae, serta bakteri Pseudomonas aeruginosa, Brevibacterium sp. dan aktinomisetes Streptomyces rubrireticuli.
Untuk dapat merombak plastik, mikroba harus dapat mengkontaminasi lapisan plastik melalui muatan elektrostatik dan mikroba harus mampu menggunakan komponen di dalam atau pada lapisan plastik sebagai nutrien. Plasticizers yang membuat plastik bersifat fleksibel seperti adipat, oleat, risinoleat, sebakat, dan turunan asam lemak lain cenderung mudah digunakan, tetapi turunan asam phthalat dan fosforat sulit digunakan untuk nutrisi. Hilangnya plasticizers menyebabkan lapisan plastik menjadi rapuh, daya rentang meningkat dan daya ulur berkurang.



3. Minyak Bumi
Minyak bumi tersusun dari berbagai macam molekul hidrokarbon alifatik, alisiklik, dan aromatik. Mikroba berperanan penting dalam menguraikan minyak bumi ini. Ketahanan minyak bumi terhadap peruraian oleh mikroba tergantung pada struktur dan berat molekulnya.
Fraksi alkana rantai C pendek, dengan atom C kurang dari 9 bersifat meracun terhadap mikroba dan mudah menguap menjadi gas. Fraksi n-alkana rantai C sedang dengan atom C 10-24 paling cepat terurai. Semakin panjang rantaian karbon alkana menyebabkan makin sulit terurai. Adanya rantaian C bercabang pada alkana akan mengurangi kecepatan peruraian, karena atom C tersier atau kuarter mengganggu mekanisme biodegradasi.
Apabila dibandingkan maka senyawa aromatik akan lebih lambat terurai dari pada alkana linier. Sedang senyawa alisiklik sering tidak dapat digunakan sebagai sumber C untuk mikroba, kecuali mempunyai rantai samping alifatik yang cukup panjang. Senyawa ini dapat terurai karena kometabolisme beberapa strain mikroba dengan metabolisme saling melengkapi. Jadi walaupun senyawa hidrokarbon dapat diuraikan oleh mikroba, tetapi belum ditemukan mikroba yang berkemampuan enzimatik lengkap untuk penguraian hidrokarbon secara sempurna.

4. Pestisida / Herbisida
Macam pestisida kimia sintetik yang telah digunakan sampai sekarang jumlahnya mencapai ribuan. Pestisida yang digunakan untuk memberantas hama maupun herbisida yang digunakan untuk membersihkan gulma, sekarang sudahmengakibatkan banyak pencemaran. Hal ini disebabkan sifat pestisida yang sangat tahan terhadap peruraian secara alami (persisten). Contoh pestisida yang persistensinya sangat lama adalah DDT, Dieldrin, BHC, dan lain-lain. Walaupun sekarang telah banyak dikembangkan pestisida yang mudah terurai (biodegradable), tetapi kenyataannya masih banyak digunakan pestisida yang bersifat rekalsitran. Walaupun dalam dosis rendah, tetapi dengan terjadinya biomagnifikasi maka kandungan pestisida di lingkungan yang sangat rendah akan dapat terakumulasi melalui rantai makanan, sehingga dapat membahayakan kehidupan makhluk hidup termasuk manusia.
Untuk mengatasi pencemaran tersebut, sekarang banyak dipelajari biodegradasi pestisida/ herbisida. Proses biodegradasi pestisida dipengaruhi oleh struktur kimia pestisida, sebagai berikut:
a. Semakin panjang rantai karbon alifatik, semakin mudah mengalami degradasi.
b. Ketidak jenuhan dan percabangan rantai hidrokarbon akan mempermudah degradasi.
c. Jumlah dan kedudukan atom-atom C1 pada cincinan aromatik sangat mempengaruhi degradasi. Misal 2,4 D (2,4-diklorofenol asam asetat) lebih mudah dirombak di dalam tanah dibandingkan dengan 2,4,5-T (2,4,5- triklorofenoksi asam asetat)
d. Posisi terikatnya rantai samping sangat menentukan kemudahan degradasi pestisida.

B. PERAN LAIN MIKROBA UNTUK MENGATASI MASALAH PENCEMARAN
1. Biopestisida
Pestisida mikroba termasuk biopestisida yang telah banyak digunakan untuk menggantikan pestisida kimia sintetik yang banyak mencemari lingkungan. Penggunaan pestisida mikroba merupakan bagian dari pengendalian hama secara hayati menggunakan parasit, hiperparasit, dan predator. Salah satu keuntungan pestisida yang dikembangkan dari mikroba adalah (a) dapat berkembang biak secara cepat dalam jasad inangnya (hospes), (b) dapat bertahan hidup di luar hospes, (c) sangat mudah tersebar di alam. Namun mempunyai kelemahan tidak secara aktif mencari hospes atau hama sasarannya.
Mikroba yang telah dikembangkan untuk biopestisida adalah berbagai macam mikroba sebagai berikut:
a. Virus penyebab penyakit hama, seperti NPV (nuclear polyhidrosis virus), CPV (cytoplasmic polyhidrosis virus), dan GV (granulosis virus) untuk mengendalikan Lepidoptera. Baculovirus untuk mengendalikan Lepidoptera, Hymenoptera, dan diptera.
b. Bakteri yang dapat mematikan serangga hama, yang terkenal adalah Bacillus thuringiensis (Bt). Bakteri ini dapat digunakan untuk mengendalikan Lepidoptera, Hymenoptera, diptera, dan coleoptera. Bakteri ini dapat menghasilkan kristal protein toksin yang dapat mematikan serangga hama. Selain itu ada bakteri lain seperti Pseudomonas aeruginosa dan Proteus vulgaris untuk mengendalikan belalang, Pseudomonas septica dan Bacillus larvae untuk hama kumbang, Bacillus sphaericus untuk mengendalikan nyamuk, dan B. Moritai untuk mengendalikan lalat.
c. Jamur yang termasuk entomophagus dapat digunakan untuk mengendalikan hama. Sebagai contoh Metarhizium anisopliae dapat digunakan untuk mengendalikan kumbang Rhinoceros dan belalang cokelat. Beauveria bassiana untuk mengendalikan kumbang kentang, Nomurea rilevi untuk mengendalikan lepidoptera, Paecylomyces lilacinus dan Gliocladium roseum dapat digunakan untuk mengendalikan nematoda.

2. Logam Berat
Limbah penambangan emas dan tembaga (tailing) yang banyak mengandung logam berat terutama air raksa (Hg), industri logam dan penyamakan kulit banyak menghasilkan limbah logam berat terutama cadmium (Cd), serta penggunaan pupuk (misalnya pupuk fosfat) yang mengandung logam berat seperti Hg, Pb, dan Cd, sekarang banyak menimbulkan masalah pencemaran logam berat. Logam berat dalam konsentrasi rendah dapat membahayakan kehidupan karena afinitasnya yang tinggi dengan sistem enzim dalam sel, sehingga menyebabkan inaktivasi enzim dan berbagai gangguan fisiologi sel.
Bakteria dapat menghasilkan senyawa pengkhelat logam yang berupa ligan berberat molekul rendah yang disebut siderofor. Siderofor dapat membentuk kompleks dengan logam-logam termasuk logam berat. Umumnya pengkhelatan logam berat oleh bakteri adalah sebagai mekanisme bakteri untuk mempertahankan diri terhadap toksisitas logam. Bakteri yang tahan terhadap toksisitas logam berat mengalami perubahan sistem transport di membran selnya, sehingga terjadi penolakan atau pengurangan logam yang masuk ke dalam sitoplasma. Dengan demikian logam yang tidak dapat melewati membran sel akan terakumulasi dan diendapkan atau dijerap di permukaan sel.
Untuk mengambil logam berat yang sudah terakumulasi oleh bakteri, dapat dilakukan beberapa cara. Logam dari limbah cair dapat dipisahkan dengan memanen mikroba. Logam yang berada dalam tanah lebih sulit untuk dipisahkan, tetapi ada cara pengambilan logam menggunakan tanaman pengakumulasi logam berat. Tanaman yang termasuk sawi-sawian (misal Brassica juncea) dapat digunakan bersama-sama dengan rhizobacteria pengakumulasi logam (misal Pseudomonas fluorescens) untuk mengambil logam berat yang mencemari tanah. Selanjutnya logam yang telah terserap tanaman dapat dipanen dan dibakar untuk memisahkan logam beratnya.

DAFTAR PUSTAKA
1. Madigan, MT., Martinko, JM., and Parker, J., 2000. Biology of microorganisms, Prentice Hall, Inc., New Jersey.
2. Schlegel, H.G., 1986. General microbiology, Cambridge University Press, Cambridge.
3. Stanier, R.Y., E.A. Adelberg, JL.Ingraham, 1980. The Microbial Word, Prentice Hall, Inc., New Jersey.
4. Metting, F.B. (1993). Soil Microbial Ecology.Applications in Agriculture and Environment Management.Marcel Dekker. Inc. NY

bakteri

Thiobacillus ferrooxidans
Oleh: Putri Rachmalia Kartini
NIM : H1E107048

1) Morfologi
Bakteri Thiobacillus ferrooxidans adalah Bakteri gram negatif aerobik khemolitotrofik Bakteri berbentuk batang. Merupakan bakteri saprofit, yaitu bakteri yang hidupnya dari sisa-sisa organisme mati atau sampah, Thiobacillus adalah warna, dengan kutub flagella bakteri. Mereka memiliki sebuah besi oxida, yang memungkinkan mereka untuk memetabolisme ion besi.

Gambar. Thiobacillus ferrooxidans

2) Fisiologi
Thiobacillus ferrooxidans adalah bakteri di udara. bakteri thermophilic, memilih dari suhu 45-50 derajat Celcius. Selain itu, dan bakter acidophilic, memilih sebuah pH dari 1,5 menjadi 2.5. Beberapa spesies, namun hanya tumbuh dalam pH netral

3) Ekologi
Thiobacillus ferrooxidans yang paling umum adalah jenis bakteri tambang di tumpukan sampah. Organisme ini adalah acidophilic (asam loving), dan meningkatkan tingkat oksidasi pyrite Tailing tumpukan di tambang batu bara dan deposito. Proses oksidasi yang dapat membahayakan, karena memproduksi sulfuric acid, yang merupakan alat utama. Namun, juga dapat bermanfaat dalam pemulihan bahan seperti tembaga dan uranium. ferrooxidans untuk membentuk sebuah hubungan simbiotik dengan anggota bakteri jenis Acidiphilium, bakteri yang mampu pengurangan besi. Jenis lainnya Thiobacillus tumbuh dalam air dan endapan; terdapat kedua jenis air tawar dan laut.

4) Taksonomi

Kingdom : Bacteria
Phyllum : Proteobacteria
kelas : Schizomycetes
Ordo : Pseudomonadales
Familia : Thiobacteriaceae
Genus : Thiobacillus
Species : Thiobacillus ferrooxidans

5) Peranannya dalam lingkungan
Salah satu jenis bahan bakar yang melimpah di dunia adalah batu bara. Pembakaran batu bara merupakan metode pemanfaatan batu bara yang telah sekian lama dilakukan. Masalah yang muncul sebagai akibat pembakaran langsung batu bara adalah emisi gas sulfur dioksida. Sulfur yang terdapat dalam batu bara perlu disingkirkan karena sulfur dapat menyebabkan sejumlah dampak negatif bagi lingkungan.
salah satu alternatif yang paling aman dan ramah terhadap lingkungan untuk desulfurisasi batubara adalah secara mikrobiologi menggunakan bakteri Thiobacillus ferrooxidans dan Thiobacillus thiooxidans. Penggunaan kombinasi kedua bakteri ini ditujukan untuk lebih mengoptimalkan desulfurisasi. Thiobacillus ferooxidans memiliki kemampuan untuk mengoksidasi besi dan sulfur, sedangkan Thiobacillus thiooxidans tidak mampu mengoksidasi sulfur dengan sendirinya, namun tumbuh pada sulfur yang dilepaskan setelah besi teroksidasi.
6) Referensi

http://bioindustri.blogspot.com/2008/09/bakteri-thiobacillus-ferrooxidans.html
microbe.wiki. the student-edited microbiology resource








Air

Air merupakan elemen utama panyusun kehidupan di Bumi. . .
tanpa Air kehidupan tidak akan pernah ada, terkecuali atas kehendak Tuhan YME. . .
manusia sebagai makhluk ciptaan Tuhan YME, yang seharusnya menjaga Bumi dari ancaman dan kerusakan, demi terciptanya kehidupan yang baik dimasa depan. . .
namun, manusia melanggar semua itu.!?

sebab :
1. penebangan hutan yang tidak terkontrol
2. pembuangan limbah industri yang mencemari lingkungan
3. tingginya tingkat polusi akibat penggunaan bahan bakar fosil, dll. . .
4. pembuangan sampah yang tidak pada tempatnya
5. penyalahgunaan sungai dan sumber air lainnya untuk membuang sampah & limbah
6. penggunaan air yang berlebihan
7. many more . . .

Akibat :
1. apabila musim penghujan terjadi banjir, apabila kemarau kekeringan
2. menurunnya kualitas air untuk dimanfaatkan
3. efek rumah kaca (Global Warming.!!!)
4. menumpuknya sampah yang tidak terdaur-ulang
5. air mengalami keterbatasan
6. many more. . .

Saya percaya dan yakin. . .
kehiduan di masa depan akan bisa kita lihat dari apa yang kita lakukan SEKARANG.!!!
So, jangan pernah berfikir terlambat untuk memperbaiki. . .
mulailah dari hal yang kecil. . .
Let's Change for Better Future. . .

Air yang ada dipermukaan tanah. . .
merupakan sumber air yang sering dimanfaatkan oleh manusia untuk memenuhi kebutuhan hidup, pertanian, perikanan, dll. . .

Air hujan yang turun dan langsung menuju/ mengenai tanah. . .
secara tidak langsung tanah tersebut akan menyerap beberapa persen air dan sisanya akan mengalir. . .

kecepatan penyerapan air di dalam tanah ada beberapa faktor :
1. jenis tanah
2. relief/ derajad kemiringan
3. struktur
4. janis vegetasi yang tumbuh
5. many more. . .

semakin halus struktur tanah, semakin cepat air meresap;
namun, semakin liat tanah, semakin lambat air meresap.

Rabu, 11 Maret 2009

Hot Issue

Hmm... CipuT mau PosTing tentang Hot Isue Niech.. hehe..
GLOBAL WARMING !!!
hmm... denger kata itu" aj serem Banget yah Fren.!?
iiiiihh.. kebayang ga sich.. Bumi Qta skrg ini.. makin panaaaaaaaaaaaas... aja..
huh.. ga kabayang dech gmn ntr 20 th yg akan datang.???

GLOBAL WARMING = simple, but DanGerious !!!

tau ga Fren...
Bumi Qta ini seperti air dalam ketel..
dimana air yg ada didalamnya, itu adalah BUMI..
dan mikroorGanisme nya.. adalah manusia..

nah.. kbayangkan klo air dalam ketel tersebut dipanaskan.???
huuuuuuuuuuu.. hu..
Betul Fren.. air akan mendidih, dan mikroOrganisme akan lambat laun MATI.. Oh My GOD..

So, ada ga seh solusinya.???
nah.. Betul lagi Fren..
Qta, harus dari hal yg kecil dlu..
ga usah muluk-muluk dc.. gni aj.. coba Fren smua mencoba membiasakn diribuang sampah pada tempatnya..
terus.. REcycle barang yg uda ga kepake, menjadi berguna kembali..
Ex : kertas koran ; bisa dijadikan bubur kertas dan dicetak kembali menjdi kertas..

hmm... kreatif yah.??

kalo mau yg lebih.. ada lagi Fren..
menanam 1 pohon setiap org.. kebayang ga sich, ada berapa orang di dunia ini.???
coba pake rumus ini dech :
a - d x v x 100 %

dimana :
a = manusia yg masih hidup
d = manusia yg sudah tidak Ada"
v = Calon baby, hehe.. masih dalam tahap produksi.. ^_^

wkwkwkwk. . . dijamin dc,, Fren smua bisa tau brp jumlah pohon yg akan ditaman dan tumbuh di bumi ini .!?

apalagi tanaman buah... kan enak tu.. kalo lagi buah tinggal petik dc kalo matang.. hehe..

So, mulailah dari sekarang...
ga ada kata TERLAMBAT untuk memperbaiki BUMI Qta Tercinta ini..
kalo ga d sni, dmn lagi Qta hidup.. T_T Hiks. . .

STOP GLOBAL WARMING !!!
Say No To GRUG's n Free . . . ( many more )